Pages

Nak Rang Payokumbuah

Kamis, 18 Desember 2008

shalat yukkk

Kelahiran diawali dengan adzan,kematian diakhiri dengan shalat, betapa singkatnya hidup ini berjarak antara adzan dan shalat,,,, sudah shalat blummmmm
Perkataan yang indah itu adalah “Allah”, lagu yang merdu itu adalah “adzan”, media yang baik adalah “alquran”, senam yang sehat adalah “shalat”, diet yang sempurna adalah “puasa”, perjalanan yang menyenangkan adalah “haji”, hayalan yang baik adalah mengingat “dosa dan thoubat”

@@@@@@@@@@endi pytra roza@@@@@@@@@@@@@

@@@@@@@@@Cinta yang dibalas akan menjadi obat mujarab bagi hati seorang anak muda dalam hidupnya, cinta yang dimaksud bukan cinta karna kecantikan dan bentuk tubuhnya saja, tapi karna dalam pancaran sinar matanya ada terkandung suatu lukisan hati yang suci dan bersiha@@@@@@@@

Rabu, 17 Desember 2008


JAGALAH HATI!

Oleh : Al-Ustadz Siril Firdaus, M.Ag Telp. (0751) 442387 HP. 081363400735

Dalil :

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ [الحديد/16]

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Hadid/57 : 16)

- Indikasi adanya hati yang sehat:

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89) (الشعراء(

(88) (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, (89) kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (QS. Al-Syu’ara’/26)

- Indikasi adanya hati yang sakit:

ِفي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (10) (البقرة(

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (QS. Al-Baqarah/2 : 10)

- Rasulullah SAW bersabda mengenai hati:

إن في الجسد مضغة فإن صلحت صلح الجسد كله و إن فسدت فسد الجسد كله و قالوا ما هي يا رسول الله قال و هي القلب (رواه البخاري و مسلم)

Sesungguhnya dalam tubuh ada segumpal daging, maka kalau ia sehat, jadi sehat pula seluruh tubuh, dan sebaliknya jika ia sakit, jadi sakit pula seluruh tubuh itu, mereka (para shahabat) bertanya, apa dia ya Rasulullah? Beliau menjawab, dia adalah hati.

- Kesehatan hati mempengaruhi juga kesehatan tubuh:

Bahwa kesehatan hati juga ikut mempengaruhi kesehatan tubuh dapat ditimba dari kehidupan Rasulullah, di mana 63 tahun umur beliau, hanya pernah dua kali sakit; pertama sepulang berdakwah dari Thaif, beliau dilempari oleh para pemuda dengan batu, bengkak dan luka tubuh beliau, kemudian jatuh sakit, kedua sewaktu sakarat. Kenapa Rasulullah sejarang itu sakit dan luar biasa sehat? Jawabnya, tidak lain adalah karena beliau orang yang hatinya paling sehat.

Sayyid Abdul Aziz al-Diraini dalam kitabnya, Thaharah al-Qulub wa al-Khudhu’ li al-‘Allam al-Ghuyub, mengatakan, “Hati manusia itu diserupakan dengan bejana :

- Hati orang kafir bagaikan gelas terbalik, padanya tidak bisa masuk sedikitpun kebaikan

- Hati orang munafiq bagaikan gelas pecah, jika disampaikan kebaikan dari bagian atas, maka akan keluar dari bagian bawah,

- Hati orang beriman bagaikan gelas yang baik lagi tegak, ia dapat menerima kebaikan.

Hati orang berimanpun dapat pula dibagi menjadi:

- Hati yang bersih dari kelalaian dan ketergelinciran pada dosa,

- Hati yang dihinggapi kotoran, tapi tidak begitu banyak, masih bisa dibersihkan dengan kebaikan yang disampaikan kepadanya,

- Hati yang sudah banyak dihinggapi kotoran, sehingga mengalahkan kebaikan yang disampaikan kepadanya.

Imam al-Ghazali mengklasifikasi hati orang beriman kepada 4 kategori, yaitu:

1. Orang yang hatinya selalu ingat Allah, ia mengambil dunia sekedar kebutuhan mendesak, kalau lebih dibagikannya kepada orang-orang fakir-miskin,

2. Orang yang hatinya punya perhatian kepada urusan dunia dan agama, tapi ia lebih sibuk kepada urusan agama,

3. Orang yang hatinya punya perhatian kepada urusan dunia dan agama, tapi ia lebih sibuk kepada urusan dunia,

4. Orang yang hatinya tenggelam dengan kesenangan dunia, sehingga tiada ruang untuk mengingat Allah kecuali hanya celotehan dari mulut saja.

Imam al-Ghazali juga menunjukkan tempat hati orang beriman, yaitu dapat ditemukan pada 3 tempat :(Buku : Kunci Sukses Beribadah : Amr Khalid h. 101)

  1. Sewaktu membaca al-Qur’an
  2. Sewaktu mendirikan shalat
  3. Sewaktu mengingat kematian.

Kalau tidak ditemukan pada tempat-tempat tersebut, maka kata beliau, mohonlah kepada Allah agar Ia memberi hati, sebab orang itu tidak punya hati.

Ali bin Abi Thalib menggambarkan bahwa hati manusia itu melewati 6 keadaan, yaitu; hidup, mati, sehat, sakit, bangun, dan tidur, dengan ketentuan:

1. Hidupnya hati dengan bertambah ilmu,

2. Matinya hati akibat tidak berilmu,

Kata Ibnu ’Athaillah, indikasi matinya hati ialah tidak sedih ketika terlewat ketaatan dan tidak menyesal ketika tergelincir pada perbuatan dosa.

3. Sehatnya hati karena keyakinan,

4. Sakitnya hati karena keragu-raguan,

5. Bangunnya hati dengan dzikir,

6. Tidurnya hati dengan kelalaian.

Kondisi-kondisi hati yang positif:

1. Rasa persaudaraan bukan karena kepentingan duniawi, tapi karena kesamaan aqidah

2. Merasa tenteram bersama keputusan Allah sekalipun pahit,

3. Menganggap segala ujian dari Allah sebagai pembersih dosa,

4. Hati gemetar saat teringat Allah karena rindu kepada-Nya,

5. Rela melakukan apapun untuk mempertahankan aqidah,

6. Tidak pemarah,

7. Berhati lembut, halus, dan lunak,

8. Penuh rasa optimis,

9. Sayang kepada semua makhluq,

10. Mengendalikan keinginan dari melakukan yang dimurkai Allah.

Kondisi-kondisi hati yang negatif:

1. Perhatiannya bertumpu kepada kehidupan dunia dan kemewahannya,

2. Enggan menerima dakwah dan menerima kebenaran,

3. Tiada belas kasihan dan rasa cinta kepada orang,

4. Bermuka masam dan berkata jelek,

5. Lain di kata, lain di hati,

6. Sering muncul kesombongan karena kelebihan harta, keluarga, dan rupa,

7. Suka berprasangka buruk atau bernegatif thingking,

8. Pendendam,

9. Iri dan dengki,

10. Mengkambinghitamkan sesuatu jika ditimpa musibah.

Terapi bagi penyakit hati:

1. Bertaubat, al-Tahrim/66 : 8

2. Dzikir, Al-Ra’d/13 : 28

3. Membaca al-Qur’an, Yunus/10 : 57

4. Memakmurkan masjid, Al-Taubah/9 : 18

5. Bergaul dengan orang-orang shaleh. Al-Kahfi/18 : 28

Ayat-ayat Ceramah “Bagaimana Mempertahankan atau Mendapatkan Hati yang Sehat”

وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ (1) [الهمزة/1]

[104.1] Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela,

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (159) [آل عمران/159]

[3.159] Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ [يونس/57]

[10.57] Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي (30) [الفجر/27-30]

[89.27] Hai jiwa yang tenang.

[89.28] Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya.

[89.29] Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku,

[89.30] dan masuklah ke dalam surga-Ku.

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آَذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ [الحج/46]

[22.46] maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا [الكهف/28]

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. Al-Kahfi/18 : 28)

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ [الأعراف/179]

[7.179] Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا [طه/124، 125]

[20.124] Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".

[20.125] Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?"

الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ [الرعد/28]

13.28] (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.


Yang paling Berat adalah Menunaikan Amanah

Yang paling Ringan adalah Meninggalkan Shalat

Yang paling Mudah adalah Menyalahkan Orang lain

Yang paling Sulit adalah Mengoreksi Diri Sendiri

Yang paling Jauh adalah Masa Lalu

Yang paling Dekat adalah Ajal

“Tak ada rahasia untuk menggapai Sukses”

Sukses itu dapat terjadi karena persiapan,

kerja keras dan mau belajar dari kesalahan

Minggu, 14 Desember 2008

isi undang undang 2009


Ini beda lagi,

Undang undang repoblik cinta tahun 2009,

“Pembukaan” bahwa sesungguhnya jatuh cinta itu adalah hak setiap remaja. Oleh sebab itu pacaran harus dihapuskan, karna tidak sesuai dengan pri perkembangan dan pri pergaulan remaja, telah disampaikan pada saat yang berbahagia dengan rasa kasih sayang dapat mengantarkan kita kedepan pintu gerbang pernikahan. Kemudian dari pada itu, untuk menikmati percintaan harus berdasarkan kepada :

  1. Al quran dan Sunnah
  2. ketulusan rasa yang mendalam
  3. persatuan dari hati ke hati
  4. sikap yang saling menjaga pandangan
  5. dalam berhubungan selalu ingat ALLah

Rabu, 10 Desember 2008

ukhwah



Persaudaraan itu seperti tangan dengan mata, saat tangan terluka, tangan menghapusnya, saat mata menangis tangan menghapusnya.


Lihatlah sekeliling mu, itulah karunia tuhan, lihatlah juga kematian itulah takdir tuhan, sekarang lihatlah kecermin,jelekkan????ya, itulah cobaan tuhan.he….he…..

Kamis, 04 Desember 2008

Kesuksesan adalah suatu perjalanan yang mewujudkan nilai tambah untuk diri sendiri dan masyarakat sekitar dalam rangka menuju kehidupan sekitar dialam setelah dunia.

Senin, 01 Desember 2008

pembagian umat islam

TIGA PEMBAHAGIAN UMAT ISLAM VERSI SYAIKH HASAN AL-BANNA
Oleh : Al-Ustadz Siril Firdaus, M.Ag Telp (0751) 442387 HP. 081363400735

Al-A’raf : 179
Sekilas tentang Sosok Pribadi Syaikh Hasan al-Banna
- Dilahirkan di Bukairah, Mesir, sekampung dengan Imam Bukhari, tahun 1906 M atau 1324 H.
- Lahir dan besar di lingkungan yang taat beragama; menerapkan ajaran Islam secara nyata dalam seluruh aspek kehidupan.
- Di samping belajar di rumah dan masjid, juga belajar di sekolah pemerintahan.
- Pendiri gerakan al-Ikhwanul Muslimin, (Muhammadiyah kalau di Indonesia).
- Beliau menganjurkan agar tidak ada pemisahan antara satu aspek kehidupan dengan aspek kehidupan lainnya.
- Doktrin gerakan yang didirikannya:
1. Mengajak manusia agar senantiasa mendekatkan diri kepada Allah.
2. Semua kegiatan ditujukan untuk kemaslahatan seluruh umat manusia dunia dan akhirat.
3. Menyeru kepada semua umat Islam agar:
1) Selalu memperbaiki dan memperindah diri dengan aqidah yang kuat, ibadah yang benar dan banyak, serta akhlaq yang mulia.
2) Membentuk rumah tangga yang Islami.
3) Memotivasi masyarakat agar menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar.
4) Merdekakan negara dari kekuasaan asing dalam bidang politik, ekonomi, dan spritual.
5) Wujudkan pemerintahan yang Islami.
- Harta, pemikiran, jiwa, bahkan nyawanya sudah disiapkannya untuk Islam.
- Fleksibel dan sederhana, kalau ke istana pakai jas, kalau ke masjid pakai pakaian kehormatan, kalau ke pasar atau ke keramian lainnya pakai pakaian biasa-biasa saja (menyenangkan).
- Namun karena ada sebahagian kecil manusia yang tidak senang dengan pribadi beliau yang agung itu, beberapa kali beliau keluar masuk penjara, bahkan akhirnya beliau mati dengan peluru bersarang di tubuh beliau.
- Intinya Hasan al-Banna adalah sosol Mujahid Muslim yang sangat tangguh, kalau bukan karena perjuangan beliau, mungkin Islam tidak sampai kepada kita.

Menurut beliau, “Umat Islam itu terbagi tiga, yaitu:
(2/3 tidak diredhai oleh Allah, masuk neraka, hanya 1/3 yang diredhai-Nya, masuk syorga)
1. Ghafilun (tidak sadar) dengan hakikat hidup dari mana, sedang di mana, dan mau ke mana.
2. Mukhthi’un (keliru) sadar tapi masih mencampur-adukkan yang hak dengan yang bathil.
3. (Thai’un) (taat) beriman dan beramal shaleh.

persiapan memperingati tahun baru hijriah

CERAMAH TAHUN BARU HIJRIYAH 1427 H
Oleh : Ustadz Siril Firdaus, M.Ag / (0751) 442387 / 081363400735

- Al-Taubah : 20-22
- Terlebih dahulu saya mengucapkan "Selamat Iahun Baru Islam 1428 H, semoga tahun ini dan tahun-tahun berikutnya lebih baik dari tahun sebelumnya".
- Setiap tahun setidaknya ada 2 tahun baru yang diperingati orang, yaitu:
- Kedua-duanya memang disambutkan diperingati orang kedatangannya, namun ada perbedaannya, di antaranya:
1. TB Masehi lebih banyak orang yang menyambut dan memperingatinya daripada TB Hijriyah.
2. TB Masehi lebih meriah disambut dan diperingati orang daripada TB Hijriyah. Lihatlah ketika TBM, spanduk banyak sekali terpampang, tapi ketika TBH sedikit sekali spanduk terpampang.
3. Ketika TBM banyak sekali di berbagai tempat orang mengadakan macam-macam acara, ditutup dengan acara hiburan dan berjaga semalam suntuk, sedangkan ketika TBH banyak orang tidak peduli alias dingin saja.
- Padahal kalau kita pilah-pilah, sebenarnya TB itu yang satu TB orang, yang satu lagi TB kita. Mana yang TB kita? TBH. Tapi kenapa kita lebih banyak menyambut dan memperingati TB orang? TB Masehi, Nasrani, Kristiani.
- Kemudian kalau diuji hafalan nama-nama bulan kedua tahun itu, terbukti kita lebih banyak hafal TB orang, sedikit yang hafal tahun kita. Nama-nama bulan TBM hafal betul dari Januari – Desember, tapi kala TBH ada yang sudah Muharram saja, sedang bingung.
- Begitu juga dengan penanggalan kelahiran anak, surat, dan sebagainya lebih banyak kita memakai penanggalan M daripada H.
- Malah pernah dicoba, dibuat alamanak/kalender dengan dibesarkan tanggal Hijriyahnya dan dikecilkan tanggal Masehinya, tidak laku, bangkrut percetakkan.
-

IBADAH SOSIAL
Oleh: Al-Ustadz Siril Firdaus, M.Ag Telp. (0751) 442387 HP. 081363400735

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa Allah SWT dalam surat al-Dzariyat ayat 56 menegaskan, tugas manusia diciptakan hanyalah untuk beribadah saja kepada-Nya. Kalau ada yang memahami, berarti kita hidup di dunia ini; shalat, puasa, zakat, haji saja. Hal itu karena belum mendalam pemahamannya tentang apa saja yang termasuk ibadah itu. Ibadah itu merupakan pengabdian manusia secara totalitas kepada Allah SWT, termasuk apa yang kita bahas pada kesempatan ini, “Ibadah Sosial”. Hal ini sejalan dengan penegasan Nabi SAW:
خَيْرُ النَّاسِ مَنْ يَنْفَعُ النَّاسَ
Sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi orang banyak.
Dalam kesempatan kali ini, izinkan saya untuk pertama-tama menyampaikan beberapa kisah yang terjadi pada masa Rasulullah. Boleh jadi sebagian dari kita sudah hafal isi kisah tersebut namun kesibukan sehari-hari membuat kita sejenak terlupa, boleh jadi sebagian dari kita sudah paham betul esensi dari kisah yang akan disampaikan di bawah ini, namun tak ada salahnya untuk sedikit merenung kembali kisah-kisah ini dan berkaca ke lubuk hati kita. Di bagian lain kita akan lihat sejumlah ayat Qur'an yang berkenaan dengan tema utama kita kali ini.
Kita terbang ke 15 abad yang silam. Di suatu tempat terlihat Rasulullah SAW berkumpul bersama para sahabatnya yang kebanyakan miskin. Sekedar menyebut beberapa nama sahabat yang hampir semuanya bekas budak, yaitu Salman al-Farisi, Ammar bin Yasir, Bilal, Suhayb Khabab bin Al-Arat. Pakaian mereka lusuh, berupa jubah bulu yang kasar. Tetapi mereka adalah sahabat senior Nabi, para perintis perjuangan Islam.
Serombongan bangsawan yang baru masuk Islam datang ke majelis Nabi. Ketika melihat orang-orang di sekitar Nabi, mereka mencibir dan menunjukkan kebenciannya. Mereka berkata kepada Nabi, "Kami usulkan agar Anda menyediakan majelis khusus buat kami. Orang-orang Arab akan mengenal kemuliaan kita. Para utusan dari berbagai kabilah arab akan datang menemuimu. Kami malu kalau mereka melihat kami duduk dengan budak-budak ini. Begitulah selanjutnya, setiap kali kami datang menemui Anda, jauhkanlah mereka dari kami. Apabila urusan kami sudah selesai, bolehlah Anda duduk bersama mereka sesuka Anda."
Uyainah bin Hishn menegaskan lagi, "Bau Salman al-Farisi mengangguku (Ia menyindir bau jubah bulu yang dipakai sahabat nabi yang miskin). Buatlah majelis khusus bagi kami sehingga kami tidak berkumpul bersama mereka. Buat juga majelis bagi mereka sehingga mereka tidak berkumpul bersama kami." Tiba-tiba turunlah malaikat jibril menyampaikan al-An'am [6] : 52 :

وَلَا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ مَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِمْ مِنْ شَيْءٍ فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُونَ مِنَ الظَّالِمِينَ
"Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka. Begitu pula mereka tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu mengusir mereka, sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim."
Nabi saw segera menyuruh kaum fuqara duduk lebih dekat lagi sehingga lutut-lutut mereka merapat dengan lutut Rasulullah saw. "Salam 'Alaikum," kata Nabi dengan keras, seakan-akan memberikan jawaban kepada usul para pembesar Quraisy. Setelah itu, turun lagi al-Kahfi [18] : 28 :

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap ridha-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya itu melewati batas."
Sejak itu, apabila kaum fuqara ini berkumpul bersama Nabi, beliau tidak meninggalkan tempat sebelum orang-orang miskin itu pergi. Apabila beliau masuk ke majelis, beliau memilih duduk dalam kelompok mereka. Seringkali beliau berkata, "Alhamdulillah, terpuji Allah yang menjadikan di antara umatku kelompok yang aku diperintahkan bersabar bersama mereka. Bersama kalianlah hidup dan matiku. Gembirakanlah kaum fuqara muslim dengan cahaya paripurna pada hari kiamat. Mereka mendahului masuk surga sebelum orang-orang kaya setengah hari, yang ukurannya 500 tahun. Mereka bersenang-senang di surga sementara orang-orang kaya tengah diperiksa amalnya."
Sekarang bukalah cermin di hati kita. Tariklah nafas sejenak untuk berkaca ke dalam cermin itu. Apakah kita seperti pembesar Quraisy yang terganggu dengan bau tubuh orang miskin. Apabila tamu datang, kota kita bersihkan dan mereka, kaum fuqara, dipinggirkan. Kota baru gemerlap bila mereka disingkirkan. Pemandangan baru indah bila rumah-rumah kumuh digusur. Ah...betapa perilaku kita lebih menyerupai pembesar Quraisy daripada perilaku Nabi Yang Mulia.
Dalam kesempatan lain Nabi bertemu dengan seorang sahabat, Sa'ad al-Anshari yang memperlihatkan tangannya yang melepuh karena kerja keras. Nabi bertanya, "mengapa tanganmu hitam, kasar dan melepuh?" Sa'ad menjawab, "tangan ini kupergunakan untuk mencari nafkah bagi keluargaku." Nabi yang mulia berkata, "ini tangan yang dicintai Allah," seraya mencium tangan yang hitam, kasar, dan melepuh itu. Bayangkanlah, Nabi yang tangannya selalu berebut untuk dicium oleh para sahabat, kini mencium tangan yang hitam, kasar, dan melepuh.
Bukalah cermin hati kita lagi. Turunlah kita ke bawah. Tengoklah jutaan tangan yang hitam dan melepuh menunggu uluran kasih sayang kita. Setelah Nabi, adakah di antara kita yang mau mencium tangan orang miskin? Bukankah dengan status yang kita miliki, gelar akademik yang kita raih, kesejahteraan yang kita nikmati, kita merasa jauh lebih pantas bila orang miskin mencium tangan kita. Kalau hati terasa berat, andaikata kultur tak mengizinkan kita berbuat hal itu, manakala ego terasa meningkat, bukankah paling tidak kita ganti rasa hormat yang seharusnya kita berikan dengan kasih sayang pada mereka. Bila Nabi mau mencium tangan mereka, maukah kita untuk paling tidak menyisihkan sebagian rezeki yang kita peroleh sebagai rasa sayang kita pada mereka.
Di atas kita telah mengutip sejumlah kisah dalam hidup Nabi. Bukankah sebagai ummatnya kita telah berikrar untuk menjadikan segala perilaku beliau sebagai contoh teladan (uswatun hasanah). Untuk menguatkan bahwa Islam sangat menonjolkan kepedulian sosial, mari kita buka Al-Qur'an. Bukankah Al-Qur'an adalah rujukan kita yang pertama dalam hidup ini.

1. Surat al-Balad [90] ayat 10 -18 :

وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ(10)فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ(11)وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ(12)فَكُّ رَقَبَةٍ(13)أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ(14)يَتِيمًا ذَا مَقْرَبَةٍ(15)أَوْ مِسْكِينًا ذَا مَتْرَبَةٍ(16)ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ(17)أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ(18)
"Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan Maka tidakkah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar? Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir. Dan dia termasuk orang-orang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan"
Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa ada dua jalan yang bisa kita pakai dalam memanfaatkan harta kita. Al-Qur'an menyarankan kita untuk mengambil jalan yang sukar dan mendaki, yaitu memerdekakan budak atau memberi makan pada anak yatim atau orang miskin. Allah tidak menjelaskan tentang jalan yang mudah, melainkan memberi contoh jalan yang sukar.
Mengapa disebut jalan yang sukar? karena kebanyakan manusia enggan atau merasa berat atau merasa sukar untuk melakukannya. Bila kita mampu mengalahkan rasa berat dan rasa sukar pada diri kita dalam beramal, maka Allah menjanjikan kita termasuk golongan yang kanan; ahli surga. Bukalah cermin hati kita sekali lagi. Apakah kita merasa sukar untuk beramal pada orang miskin dan anak yatim? Hanya cermin hati yang teramat dalam yang mampu menjawabnya dengan jujur.

2. Surat al-Ma'arij [70] ayat 19-25 :

إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا(19)إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا(20)وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا(21)إِلَّا الْمُصَلِّينَ(22)الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ(23)وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ(24)لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ(25)
"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan SHALAT, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam HARTAnya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)"
Secara tegas Allah menyebutkan bahwa keluh kesah dan kikir itu telah menjadi sifat bawaan manusia sejak ia diciptakan. Allah melukiskan sifat manusia dengan sangat baik. Bagi saya pribadi, ayat di atas telah menelanjangi sifat kita. Bukankah kalau kita tidak memiliki harta kita sering berkeluh kesah, sebaliknya, kalau memiliki banyak harta kita cenderung untuk kikir. Lalu bagaimana caranya agar sifat bawaan (keluh kesah & kikir) kita tersebut tidak menjelma atau dapat kita padamkan.
Allah menyebutkan, paling tidak, dua jalan. Pertama, mengerjakan sembahyang secara kontinu. Kedua, menyadari bahwa dalam harta yang kita miliki terkandung bagian tertentu untuk fakir miskin. Dua resep ini insya Allah akan mampu memadamkan sifat keluh kesah dan sifat kikir yang kita miliki. Sekali lagi, bukalah cermin hati kita. Tahanlah nafas kita untuk sejenak. Tidakkah kita rasakan bagaimana Allah menyinggung perilaku buruk kita dalam ayat-ayat-Nya yang suci. Subhanallah ....

3. Surat al-Qalam [68] ayat 17-33 :

إِنَّا بَلَوْنَاهُمْ كَمَا بَلَوْنَا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ إِذْ أَقْسَمُوا لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِينَ(17)وَلَا يَسْتَثْنُونَ(18)فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِنْ رَبِّكَ وَهُمْ نَائِمُونَ(19)فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيمِ(20)فَتَنَادَوْا مُصْبِحِينَ(21)أَنِ اغْدُوا عَلَى حَرْثِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَارِمِينَ(22)فَانْطَلَقُوا وَهُمْ يَتَخَافَتُونَ(23)أَنْ لَا يَدْخُلَنَّهَا الْيَوْمَ عَلَيْكُمْ مِسْكِينٌ(24)وَغَدَوْا عَلَى حَرْدٍ قَادِرِينَ(25)فَلَمَّا رَأَوْهَا قَالُوا إِنَّا لَضَالُّونَ(26)بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ)27( قَالَ أَوْسَطُهُمْ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ لَوْلَا تُسَبِّحُونَ(28)قَالُوا سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ(29)فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَلَاوَمُونَ(30)قَالُوا يَاوَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا طَاغِينَ(31)عَسَى رَبُّنَا أَنْ يُبْدِلَنَا خَيْرًا مِنْهَا إِنَّا إِلَى رَبِّنَا رَاغِبُونَ(32)كَذَلِكَ الْعَذَابُ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ(33)

(17) "Sesungguhnya Kami telah menguji mereka (musyrikin Mekkah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasil) nya di pagi hari, (18) dan mereka tidak mengucapkan : insya Allah (19) Lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur, (20) maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita, (21) lalu mereka panggil memanggil di pagi hari. (22) "Pergilah di waktu pagi (ini) ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya." (23) Maka pergilah mereka saling berbisik-bisikan. (24) "Pada hari ini janganlah ada seorang miskinpun masuk ke dalam kebunmu. (25) " Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka mampu (menolongnya), (26) Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata: "Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan), (27) bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya)" (28) Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka: "Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih (kepada Tuhanmu)? (29) " Mereka mengucapkan: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.(30) " Lalu sebagian mereka menghadapi sebagian yang lain seraya cela mencela. (31) Mereka berkata: "Aduhai celakalah kita; sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampaui batas. (32) Mudah-mudahan Tuhan kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Tuhan kita" (33) Seperti itulah azab (dunia). Dan sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui"
Sekelompok ayat di atas menceritakan sebuah kisah nyata yang terjadi sebelum masa Rasulullah. Kisah pemilik kebun di atas melukiskan dengan sangat baik betapa harta manusia itu tak ada artinya dibanding kekuasaan Allah. Kebun yang sudah sekian lama diurus dan tinggal sekejap mata saja untuk dipetik hasilnya menjadi musnah terbakar. Apa kesalahan pemilik kebun tersebut sehingga mendapat azab sedemikian rupa?
1. Mereka lupa bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu. Ini dilukiskan dalam ayat di atas ketika mereka tidak menyebut insya Allah; mereka merasa pasti akan meraih hasil yang luar biasa. Mereka lupa bahwa sedetik kedepan kita tak tahu apa yang terjadi dengan hidup kita. Kita tak tahu "skenario" Allah terhadap diri kita.
2. Mereka bersifat kikir. Mereka sudah bersiap-siap agar orang miskin tak bisa masuk ke kebun mereka saat panen tiba. Allah murka pada mereka. Allah turunkan azab-Nya pada mereka. Di akhir ayat Allah mengingatkan bahwa azab yang Allah timpakan pada pemilik kebun hanyalah azab dunia; sedangkan azab akherat jauh lebih besar lagi!
Cermin hati kita mengatakan bahwa agar tidak tertimpa azab Allah di dunia, manakala kita memiliki kelebihan rezeki maka janganlah sungkan untuk memberi sebagian pada orang miskin. Cermin hati telah berkata, mampukah kita melaksanakan kata hati kita?
Kalau Allah mampu memusnahkan dengan amat mudah kebun yang siap dipanen, jangan-jangan Allah pun akan memusnahkan sumber penghasilan kita, bila kita berlaku kikir! Na'udzu billah...
Demikianlah sekedar pengantar untuk pengajian kita; sekedar saling ingat mengingatkan bahwa di cermin hati kita telah tergambar sejumlah orang yang membutuhkan kepedulian kita. Persoalannya, maukah kita melihat ke dalam cermin tersebut?

“ Semoga Bermanfaat “

endi eeeeeeeee

endi eeeeeeeee