Pages

Nak Rang Payokumbuah

Rabu, 17 Desember 2008


JAGALAH HATI!

Oleh : Al-Ustadz Siril Firdaus, M.Ag Telp. (0751) 442387 HP. 081363400735

Dalil :

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ [الحديد/16]

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Hadid/57 : 16)

- Indikasi adanya hati yang sehat:

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89) (الشعراء(

(88) (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, (89) kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (QS. Al-Syu’ara’/26)

- Indikasi adanya hati yang sakit:

ِفي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (10) (البقرة(

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (QS. Al-Baqarah/2 : 10)

- Rasulullah SAW bersabda mengenai hati:

إن في الجسد مضغة فإن صلحت صلح الجسد كله و إن فسدت فسد الجسد كله و قالوا ما هي يا رسول الله قال و هي القلب (رواه البخاري و مسلم)

Sesungguhnya dalam tubuh ada segumpal daging, maka kalau ia sehat, jadi sehat pula seluruh tubuh, dan sebaliknya jika ia sakit, jadi sakit pula seluruh tubuh itu, mereka (para shahabat) bertanya, apa dia ya Rasulullah? Beliau menjawab, dia adalah hati.

- Kesehatan hati mempengaruhi juga kesehatan tubuh:

Bahwa kesehatan hati juga ikut mempengaruhi kesehatan tubuh dapat ditimba dari kehidupan Rasulullah, di mana 63 tahun umur beliau, hanya pernah dua kali sakit; pertama sepulang berdakwah dari Thaif, beliau dilempari oleh para pemuda dengan batu, bengkak dan luka tubuh beliau, kemudian jatuh sakit, kedua sewaktu sakarat. Kenapa Rasulullah sejarang itu sakit dan luar biasa sehat? Jawabnya, tidak lain adalah karena beliau orang yang hatinya paling sehat.

Sayyid Abdul Aziz al-Diraini dalam kitabnya, Thaharah al-Qulub wa al-Khudhu’ li al-‘Allam al-Ghuyub, mengatakan, “Hati manusia itu diserupakan dengan bejana :

- Hati orang kafir bagaikan gelas terbalik, padanya tidak bisa masuk sedikitpun kebaikan

- Hati orang munafiq bagaikan gelas pecah, jika disampaikan kebaikan dari bagian atas, maka akan keluar dari bagian bawah,

- Hati orang beriman bagaikan gelas yang baik lagi tegak, ia dapat menerima kebaikan.

Hati orang berimanpun dapat pula dibagi menjadi:

- Hati yang bersih dari kelalaian dan ketergelinciran pada dosa,

- Hati yang dihinggapi kotoran, tapi tidak begitu banyak, masih bisa dibersihkan dengan kebaikan yang disampaikan kepadanya,

- Hati yang sudah banyak dihinggapi kotoran, sehingga mengalahkan kebaikan yang disampaikan kepadanya.

Imam al-Ghazali mengklasifikasi hati orang beriman kepada 4 kategori, yaitu:

1. Orang yang hatinya selalu ingat Allah, ia mengambil dunia sekedar kebutuhan mendesak, kalau lebih dibagikannya kepada orang-orang fakir-miskin,

2. Orang yang hatinya punya perhatian kepada urusan dunia dan agama, tapi ia lebih sibuk kepada urusan agama,

3. Orang yang hatinya punya perhatian kepada urusan dunia dan agama, tapi ia lebih sibuk kepada urusan dunia,

4. Orang yang hatinya tenggelam dengan kesenangan dunia, sehingga tiada ruang untuk mengingat Allah kecuali hanya celotehan dari mulut saja.

Imam al-Ghazali juga menunjukkan tempat hati orang beriman, yaitu dapat ditemukan pada 3 tempat :(Buku : Kunci Sukses Beribadah : Amr Khalid h. 101)

  1. Sewaktu membaca al-Qur’an
  2. Sewaktu mendirikan shalat
  3. Sewaktu mengingat kematian.

Kalau tidak ditemukan pada tempat-tempat tersebut, maka kata beliau, mohonlah kepada Allah agar Ia memberi hati, sebab orang itu tidak punya hati.

Ali bin Abi Thalib menggambarkan bahwa hati manusia itu melewati 6 keadaan, yaitu; hidup, mati, sehat, sakit, bangun, dan tidur, dengan ketentuan:

1. Hidupnya hati dengan bertambah ilmu,

2. Matinya hati akibat tidak berilmu,

Kata Ibnu ’Athaillah, indikasi matinya hati ialah tidak sedih ketika terlewat ketaatan dan tidak menyesal ketika tergelincir pada perbuatan dosa.

3. Sehatnya hati karena keyakinan,

4. Sakitnya hati karena keragu-raguan,

5. Bangunnya hati dengan dzikir,

6. Tidurnya hati dengan kelalaian.

Kondisi-kondisi hati yang positif:

1. Rasa persaudaraan bukan karena kepentingan duniawi, tapi karena kesamaan aqidah

2. Merasa tenteram bersama keputusan Allah sekalipun pahit,

3. Menganggap segala ujian dari Allah sebagai pembersih dosa,

4. Hati gemetar saat teringat Allah karena rindu kepada-Nya,

5. Rela melakukan apapun untuk mempertahankan aqidah,

6. Tidak pemarah,

7. Berhati lembut, halus, dan lunak,

8. Penuh rasa optimis,

9. Sayang kepada semua makhluq,

10. Mengendalikan keinginan dari melakukan yang dimurkai Allah.

Kondisi-kondisi hati yang negatif:

1. Perhatiannya bertumpu kepada kehidupan dunia dan kemewahannya,

2. Enggan menerima dakwah dan menerima kebenaran,

3. Tiada belas kasihan dan rasa cinta kepada orang,

4. Bermuka masam dan berkata jelek,

5. Lain di kata, lain di hati,

6. Sering muncul kesombongan karena kelebihan harta, keluarga, dan rupa,

7. Suka berprasangka buruk atau bernegatif thingking,

8. Pendendam,

9. Iri dan dengki,

10. Mengkambinghitamkan sesuatu jika ditimpa musibah.

Terapi bagi penyakit hati:

1. Bertaubat, al-Tahrim/66 : 8

2. Dzikir, Al-Ra’d/13 : 28

3. Membaca al-Qur’an, Yunus/10 : 57

4. Memakmurkan masjid, Al-Taubah/9 : 18

5. Bergaul dengan orang-orang shaleh. Al-Kahfi/18 : 28

Ayat-ayat Ceramah “Bagaimana Mempertahankan atau Mendapatkan Hati yang Sehat”

وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ (1) [الهمزة/1]

[104.1] Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela,

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (159) [آل عمران/159]

[3.159] Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ [يونس/57]

[10.57] Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي (30) [الفجر/27-30]

[89.27] Hai jiwa yang tenang.

[89.28] Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya.

[89.29] Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku,

[89.30] dan masuklah ke dalam surga-Ku.

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آَذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ [الحج/46]

[22.46] maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا [الكهف/28]

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. Al-Kahfi/18 : 28)

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ [الأعراف/179]

[7.179] Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا [طه/124، 125]

[20.124] Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".

[20.125] Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?"

الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ [الرعد/28]

13.28] (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.


Yang paling Berat adalah Menunaikan Amanah

Yang paling Ringan adalah Meninggalkan Shalat

Yang paling Mudah adalah Menyalahkan Orang lain

Yang paling Sulit adalah Mengoreksi Diri Sendiri

Yang paling Jauh adalah Masa Lalu

Yang paling Dekat adalah Ajal

“Tak ada rahasia untuk menggapai Sukses”

Sukses itu dapat terjadi karena persiapan,

kerja keras dan mau belajar dari kesalahan

endi eeeeeeeee

endi eeeeeeeee