Pages

Nak Rang Payokumbuah

Sabtu, 21 Maret 2009

Curhatan Endi putra roza


Alhamdulillah selama tiga tahun ini ana telah merasakan dawah di kampus Pertanian yang di galang kader-kader baik di Wisma Iqra’.
Forstudi, FSI MIPA, SSC, ataupun LRAI. Berkat Rahmat Allah melalui ADK ana dan tentunya teman-teman yang lain mendapatkan pilihan hidup yang lebih baik, InsyaAllah lebih mulia, dan InsyaAllah mendapat ridho Allah. Mengenai Forstudi ana melihatnya selama tiga tahun terakhir masih bisa konsisten sebagai motor utama dawah di kampus Pertanian. Berbagai macam kegiatan-kegiatan (InsyaAllah dinilai sebagai amalan dawah oleh Allah) terus dilakukan dari tahun ke tahun. Mulai dari agenda rekruting (ISO) yang sejak masa ana jadi peserta selalu dibanjiri peserta bahkan terakhir mencapai rekor dengan merekrut lebih dari 100 orang. Alhamdulillah, ini berarti lebih banyak lagi yang mendapat kesempatan hidup lebih mulia InsyaAllah, dan tentunya kehadiran saudara/i tersebut semakin memudahkan jalan ini, Allahuakbar.
Agenda-agenda lain juga rutin dikeluarkan sebagai ladang amal bagi ADK ataupun dalam rangka syiar, Muharram, agenda keputrian, dan pelatihan-pelatihan ataupun pengadaan stand usaha Forstudi ( BUMF ) semakin menunjukan eksistensi LDK yang satu ini. Tentunya banyak lagi amalan dawah yang dilakukan Forstudi tiga tahun ini yang tidak bisa ana sebut satu persatu. Penting bagi Forstudi menjaga tradisibergerakseperti ini jangan sampai diam karena biasanya air yang diam (tergenang) akan menjadi sarang berkumpulnya berbagai penyakit, minimal jadi sarang nyamuk.
Namun diantara keberhasilan diatas tentunya masih terdapat beberapa hal yang perlu menjadi catatan untuk ke depannya. Mengingat Forstudi walaupun Lembaga Dawah Kampus namun bukan sebuah perkumpulanmalaikat” yang tak pernah berbuat salah. Belum sempurnanya amalan kita semoga makin menyadarkan kita bahwa Allah lah sang pemilik kesempurnaan itu, kegagalan semoga disikapi dengan merasa kurangnya ilmu dan ingat Allah lah penguasa akan ilmu tersebut. Allah maha berkehendak terhadap siapa saja yang akan mendapat petunjuk.
Pertama, ana ingin memberikan pandangan tentang proses pengkaderan awal. Memang ISO selalu dibanjiri banyak peserta, terlepas dari ikhlas atau tidaknya mereka ikut, atau barangkali hanya untuk menambah poin yang digalangkan oleh rektor saat ini yang mencetak sebagai mahasiswa sertifikat,sebutlah itu BBMK. Tapi kita patut bergembira dengan hal ini, bayangan makin mekarnya dawah ini di masa selanjutnya sudah ada di angan-angan kita. Konsekuensi logis dari banyaknya peserta adalah banyaknya yang perlu dipersiapkan, pra atau pasca ISO. Hal Pra acara bisa kita sebutkan disini misalnya persiapan tempat, waktu acara, peralatan yang dibutuhkan, SDM panitia. Sampai disini ana masih melihat belum banyak berubah dari cara pengelolaan kita. Sound system, alat-alat presentasi, kondisi tempat, perlu banyak catatan. Hal-hal yang sifatnya teknis dan praktis belum jadi keahlian kita, entah sampai kapan???. Kita tentunya iri melihat bagaimana orangmembungkussuatu acara pelatihan semenarik mungkin tanpa kehilangan makna dari pelatihan tersebut. Hal ini penting karena ini adalah rekruitmen awal, dan awal menentukan segalanya. Hal ini memang tidak masalah bagi mereka yang sudah tarbiyah (ADS, rohis dsb), tapi bagi mereka yang belum, ini bisa jadi preseden buruk. Jangan sampai cap tidak professional melekat ke kita. Dan jangan sampai gara-gara kita tidak serius dalam pengelolaan ISO, mereka ogah-ogahan ikut, menutup hati, hidayah susah masuk. Astaghfirullah. Tambahan untuk persiapan pra acara adalah instruktur. Tidak bisa kita pungkiri, kuantitas dan kualitas instruktur adalah mutlak diperhatikan dalam suatu pelatihan. Sekali lagi ana menekankan ini karena ini adalah gerbang awal para calon kader masuk, dengan berbagai macam kondisi iman dan pemahaman yang mereka punyai.
Untuk paska acara ISO biasanya mempunyai suatu program yang namanya Follow-up ISO. Nah jujur diakui yang satu ini juga belum dapat dioptimalkan dengan baik. Padahal follow-up bisa menjadi jalan bagi mereka untuk memahami jalan ini dengan lebih baik. Fakta di lapangan para peserta ISO banyak yang layu sebelum berkembang (salah satu indikator bisa dilihat dari kuantitas peserta PENDAKI ), salah satu penyebabnya bisa dipastikan kurang bagusnya follow-up-nya.
Terakhir ana ingin menyinggung kurang bagusnya hubungan Forstudi sebagai lembaga dengan civitas akademika yang ammah. Terdapat jurang lebar antara kita dan mereka. Forstudi seolah-olah berada pada dimensi lain baik waktu dan tempat. Sekretariat Forstudi memang masih satu bangunan dengan bangunan Pertanian lainnya tapi berbagai aktifitasnya berada pada satu dimensi yang tidak dapat ditembus oleh para ammah. Kaderisasi terus jalan dengan semarak tetapi apakah Forstudi cuma pengkaderan? Program-program pelayanan juga perlu disemarakkan. Aksi-aksi sosial (selain aksi Palestina tentunya) seharusnya bukan sesuatu yang baru bagi Forstudi. Bukankah kita meyakini Islam sebagai manhaj hayat, meliputi segala bidang kehidupan. Ibadah kita pahami bukan hanya tilawah, shaum senin-kamis, tahajud. Dawah bukan hanya ceramah di mushalla sebelum zuhur. Semua hal perlu sentuhan Islam melalui Forstudi. Ini semua ana jabarkan tanpa mengecilkan peranan SSC, BEM, KMIP, bahkan LRAI sekalipun sebagai wasilah dawah kampus. Tetapi sebagai lembaga Forstudi yang dipandang sebagai organisasi Islam, bukan yang lain. Forstudi akan menjadi “model” organisasi Islam dan seterusnya mencitrakan Islam yang benar itu seperti apa. Jangan sampai secara bawah sadar kita mencitrakan kepada khalayak bahwa Islam berlepas diri terhadapdunia”. Inilah yang ana kira penyebabjurangtersebut.
Ditambah lagi dengan sebuah tragedi yang menyedihkan dimana Jurusan Teknologi Pertanian mimisahkan diri. Semuanya ini merupakan salah satu tembakan sindiran, bahwa pertanian tidak tinggal diam, tapi harus giat lagi untuk mencetak kader-kader baru yang istiqomah dijalanNya. Sekali lagi, “kaderbukankadir”.
Kesimpulan dari tulisan ini ana menawarkan berbagai solusi. Ana menyadari kurang pantas ana menyampaikan semua hal diatas karena ilmu yang sedikit lagi dangkal. tapi kalau pun ada manfaat yang bisa diambil itu semua karena Allah masih sayang kepada kita semua. Amin.
Pertama, manajerial panitia (tidak hanya di ISO) perlu ditingkatkan melalui bimbingan orang-orang yang ahli dibidang tersebut. Ana kira kita tidak kekurangan orang-orang tersebut. Pelatihan panitia perlu dihadirkan kalau itu acara-acara yang strategis seperti ISO. Setidaknya ini menunjukan keseriusan kita terhadap kaderisasi.
Kedua, permasalahan instruktur mungkin sudah saatnya Forstudi punya lembaga semi otonom sebagai wadah instruktur meng-upgrade diri. Mengingat peran penting instruktur dalam suatu pelatihan sebagai penterjemah praktis materi-materi yang didapatkan peserta dan berbagai peran yang strategis lainnya.
Ketiga, kita perbaiki follow-up ISO. Ana kira ini tinggal penyempurnaan saja dan satu hal yang penting, keseriusan. Terakhir semarakkan program-program pelayanan tidak hanya untuk mahasiswa baru tapi juga untuk yang sudah lama di kampus. Kita buat citra Forstudi tidak hanya menyentuh satu sisi saja tapi juga kesemua sisi seperti syumul-nya Islam. ini sekali lagi tanpa mengecilkan peranan lembaga-lembaga lain. Karena ana kira Forstudi bisamembungkusnyadengan bungkusan Forstudi sehingga tidak sama walaupun mirip dengan program lembaga lain. Tentunya berbagai hal diatas tidak akan terlaksana jika para ADK-nya tidak punya bahan bakar yang bisa diperbaharui yang membuatnya tidak mengenal kata berhenti selain kematian tentunya. Percuma kita berbicara panjang lebar tentang program-program mutakhir yang canggih untuk Forstudi tapi perkembangan ruhyah ADK diabaikan. Sekali lagi tidak mungkin kita bisa mengajak orang dekat kepada Allah jika bukan Allah menjadi obsesi kita. Wallahualam bishawab
. Terpulang untuk diri sendiri.

endi eeeeeeeee

endi eeeeeeeee