Pages

Nak Rang Payokumbuah

Rabu, 17 Agustus 2011

Ramadhan momentum kejujuran

Perilaku jujur di Indonesia boleh dibilang mengkhawatirkan, boleh dikatakan kejujuran tengah menjadi barang langka. Kelangkaan itu terlihat dari banyaknya tindak korupsi yang meraja lelah, sebagai contohnya kita tidak perlu melihat jauh-jauh, Nazarudin misalnya, Koruptor kelas kakap yang akhir-akhir ini menjadi santapan terpopuler di media masa.
Urgensi kehadiran puasa mendadak penting guna melawan arus ketidak jujuran yang boleh dikatakan tidak terbendung. Suatu hal yang wajar bagi bangsa Indonesia, utamanya umat islam untuk menjadikan momentum memberangus korupsi di tanah air dengan mengangkat kejujuran sebagai ujung tombak.
Saya rasa kita semua mesti banyak membaca dan mengingat sejarah, barangkali seorang Nazarudin lupa akan sejarah ini, sejarah ketika dizaman tabi’in. kisah seorang pemuda yang sedang berjalan kaki dari kampungnya menuju kampung sebelah untuk pergi mengais rezeki. Langkah demi langkah ia lalui, jalan berliku mendaki dan menurun. Ditengah perjalanan, pemuda tadi menemukan sebuah apel yang terdampar diatas tanah tidak jauh dari batangnya. Tanpa banyak fikir, pemuda tersebut langsung mengambil buah apel tersebut kemudian mencucinya dan memakannya.
Suatu hal yang wajar rasanya ketika seseorang yang tengah menempuh perjalanan jauh ditengah kelelahan plus kehausan menghampiri buah-buahan yang sudah berjatuhan dan terdampar di tanah. Dari pada mubadzir, lebih baik dimakan. Begitulah kira-kira kata-kata yang bisa dipegang untuk pembelaan diri.
Baru setengah buah apel tersebut dimakan, pemuda tadi tersentak dari gumam dan kunyah nya buah apel.beliau istighfar karena ia sadar akan buah apel yang telah dimakannya itu bukan lah miliknya melainkan milik orang lain. Belum tentu pemilik apel ini ridho atau ikhlas dengan apel yang sudah dimakannya.
Dengan inisiatif sendiri, pemuda tersebut langsung mencari siapa pemilik kebun apel tersebut. Tidak jauh dari kebun tersebut beliau berjumpa dengan seseorang, lalu beliau bertanya,”wahai hamba ALLAH, saya datang kepada mu untuk meminta keikhlasan mu, karena tadi saya terlanjur memakan buah apel ini!!!”, orang tadi menjawab “ maaf pemuda, saya tidak bisa mengikhlasan apel tersebut, karena apel tersebut bukan saya yang punya”, kemudian pemuda tadi bertanya lagi,: “lalu siapa yang punya apel ini ya hamba ALLAH?” kemudian dia menjawab : “ yang punya apel ini bukan orang kampung sini tapi kampung sebelah lagi, lebih kurang jaraknya 4 km dari sini, dia seoreng dermawan, ramah, dan baik sekali. Cari saja yang cat rumahnya berwarna hijau muda.
Kemudian pemuda tersebut berjalan menuju alamat rumah sipemilik apel. Sampai dirumah tersebut beliau langsung menyampaikan tujuan kedangannya, yaitu meminta keridhoan dan keikhlasan atas apel yang telah dimakannya. Pemilik kebun tentunya menjadi sangat terheran-heran. Selama hidupnya baru kali ini ia menjumpai pemuda yang sangat jujur, “pasti pemuda ini taat beribadah” piker pemilik kebun dalam hatinya.
Atas permintaan pemuda tersebut, pemilik kebun apel lalu menjawab, “kau sudah terlanjur memakan buah apel ku meskipun hanya separoh, namun aku akan mengikhlaskannya. Akan tetapi dengan syarat kamu harus memenuhi permintaan ku”.”syarat apakah itu pak??”Tanya pemuda tersebut. “Aku mempunyai banyak sapi, untuk itu dalam seminggu ini kamu harus memberi makannya!!” kata pemilik kebun.
Cerita itu tidak hanya berhenti sampai disitu, tapi masih berlanjut kepersyaratan berikutnya, persratannya tidak gampang yaitu pemuda tersebut harus siap untuk menikah dengan anak gadis si pemilik kebun tersebut. Namun sebelumnya pemuda tersebut sudah diberitahu tentang kondisi gadis yang akan dinikahinya, dimana gadis tersebut kakinya lumpuh, matanya buta, telinganya tuli. Melihat kondisi yang demikian, tentunya ini menjadi ujian bagi pemuda tampan tersebut. Betapa teganya pemilik kebun ini.
Untuk sementara waktu pemuda tersebut terdiam, namun apabila beliau menolak persyaratan itu, maka pemilik kebun tidak akan merelakan buah apel yang telah dimakan pemuda tersebut. Sama artinya memakan barang haram dan tentunya Allah SWT tidak akan mengampuni kesalahannya.
Pemuda tersebut serba salah, karena dihadapkan kepada dilemma yang sulit untuk dipilih, namun setelah berfikir lama, akhirnya beliau mau mengawinkan anak gadis pemilik kebun itu. Pemuda tersebut pasrah kepada ALLAH, karena Tuhan Maha pemberi, yang tentunya pemberi yang terbaik untuk hambanhya. “ BELUM TENTU SAYA AKAN MENIKAHI ORANG YANG SAYA CINTAI, TAPI SAYA AKAN MENCINTAI SIAPAPUN ORANG YANG SAYA NIKAHI”, begitulah prinsip yang dipegang kut-kuat oleh pemuda tersebut, prinsip Setya Furqon Kholid yang telah diabadikan dalam buku nya yang berjudul jangan jatuh cinta tapi bangun cinta.
Kemudian dipertemukanlah beliau dengan calon istrinya, kemudian pemuda tersebut terheran-heran karena gadis yang berada didepannya itu tidak lah buta, tuli, dan lumpuh serta memiliki kecantikan yang luar biasa yang membuat pemuda tampan tersebut terpesona.
“dimanakah gadis yang bapak maksudkan?”, Tanya pemuda tersebut menegaskan. “gadis tersebut ada didepanmu” jawab pemilik kebun. “bapak bilang gadis itu cacat, akan tetapi …? Tanya pemuda tersebut.
Akhirnya pemilik kebun menjelaskan, “ benar calon istrimu buta, karena ia tidak mau melihat yang diharamkan Allah, ia bisu karena ia tidak mau berbicara tentang segala sesuatu yang dilarang Allah, ia tuli karena telinga nya tertutup untuk mendengarkan suara-suara maksiat, dan juga ia lumpuh karena ia enggan pergi ke tempat-tempat yang dilarang Allah”,demikian kata pemilik kebun.
"Alhamdulillah, ternyata Allah telah mengabulkanku dengan memberikan istri yang salihah”, kata pemuda tersebut dalam hatinya. “ anak gadis ku ini memang telah lama mendambakan pemuda yang saleh, dan baru kali ini aku menemukan dirimu yang ku anggab jujur dan saleh”, unkap pemilik kebun.
“semua yang ku kerjakan itu karena akau selalu merasa diawasi oleh Allah swt, sehingga aku berusaha sebaik mungkin dan berusaha untuk tidak melanggar hal-hal yang telah disyari’atkan Allah”, ujar pemuda tersebut.
Begitulah kisah cerita nya tentang arti kejujuran, semoga bulan ramadhan ini tepatnya pada 17 ramadahan dengan semangat kemerdekaan menjadi momentum bagi kita untuk meningkatkan kejujuran, sebab dalam ibadah puasa yang benar-banar mengetahui shaum nya adalah diri kita sendiri dan Allah semata. Ketika kita mulai puasa dari terbit fajar hinga terbenamnya matahari disitulah kejujuran kita diuji. Apakah kita akan mengkhianati niat puasa dengan Allah atau mempertahankannya. Kembali kepada diri kita sendiri. Walauhu’alam bishowab.

endi eeeeeeeee

endi eeeeeeeee