Pages

Nak Rang Payokumbuah

Sabtu, 21 Mei 2011

refleksi 103 tahun kebangkitan bangsa

Refleksi hari kebangkitan nasional

       Hari ini bertepatan pada tanggal 20 mey 2011, artinya sudah 103 tahun Indonesia memperingati hari kebangkitan nasional. Kebangkitan Nasional merupakan masa bangkitnya semangat nasionalisme, persatuan, kesatuan,  dan kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Negara Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan 350 tahun oleh Negara Belanda. Kebangkitan Nasional ditandai dengan 2 peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 dan ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.

       Merayakan atau memperingati hari kebangkitan nasional ini, bukan seharusnya kita bakar-bakar ayam,bergadang,sorak sorai disepanjang jalan, tapi bagaimana dengan momen ini untuk merefleksi perjuangan para tokoh sejarah jaman dulu dengan menghadirkan kembali semangat perjuangan di dalam diri kita, apakah itu dimulai dengan mimpi-mimpi besar,atau melalui pergerakan sebuah tim/ kelompok.

Pertanyaan sekarang adalah mengapa kita masih lalai dengan hal itu?

       Dalam tulisannya Haqqi Rerian (2011) mengemukakan bahwa ada enam hal yang membuat bangsa ini tidak berkembang dan belum bangkit seperti yang dicita-citakan oleh para pahlawan dizaman dahulu.

       Pertama, masyarakat di negeri ini masih banyak dibawah garis kemiskinan dari sisi ekonomi (data BPS 2010 membuktikan bahwa terdapat 31,02 juta jiwa penduduk miskin/ 13,33% dari 237 juta jiwa penduduk Indonesia),bahkan masyarakat kita cenderung untuk menjadi konsumen atau membutuhkan bantuan dari pada menjadi produsen padahal kita melihat potensi sumberdaya alam Indonesia yang cukup besar di bandingkan negara lain. Kita bisa bandingkan dengan negara tetangga, Singapura misalnya, Negara yang merupakan sumber daya alam yang minim namun menjadi suatu negara yang besar dan maju. Hal ini cukup memprihatinkan. Manakala negeri lain saling membahu untuk menjadikan sebuah negara masih maju, kita masih berada di barisan cukup akhir.

       Kedua, Pemerataan untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi seluruh masyarakat yang tidak diimbangi dengan fasilitas yang memadai dan menghasilkan stigma bahwa sekolah hanyalah tempat untuk mencari ijazah, walhasil kita bisa melihat lulusan sekolah dengan kualitas yang masih jauh dari harapan.

       Kita boleh berbangga dengan karya anak bangsa yang berhasil di tingkat internasional seperti olimpiade olahraga,olimpiade sains dan sebagainya, namun apakah selamanya kita berbangga dimana masih banyak anak negeri ini yang masih banyak putus sekolah? di beberapa desa penulis pernah melihat anak-anak sekolah dasar yang menyebrang ke hulu hanya untuk mendappatkan ilmu. Kita bandingkan dengan sekolah di kota besar,dimana siswa-siswi masih banyak mengabaikan ilmu dan lebih memilih untuk berkumpul di jam sekolah atau bahasa kerennya cabut.

       Berbicara tentang masalah pendidikan di negeri ini tidak ada habisnya dan selalu mempunyai problematika selama pimpinan yang diatas belum tanggap dan mengubah sistem pendidikan di negeri ini seperti negara lain. Pertanyaannya apakah kita sudah bangkit dengan kondisi pendidikan seperti ini mengingat pendidikan merupakan refleksi dari kebangkitan bangsa?

       Ketiga, Para pejabat yang memiliki kewenangan masih banyak menyalahgunakan jabatannya. Jabatan hanyalah tempat pelampiasan untuk menyelewengkan amanah. Masalah ini juga tidak kunjung habisnya. Dimana masih terdapat budaya suap, korupsi, nepotisme dan sebagainya.

       Ketika rakyat menginginkan suatu perubahan yang berarti,disitulah pemerintah mengalihkan perhatiannya. Mungkin kita masih ingat kasus suap disuatu instansi pemerintah yang memang sangat berperan penting, dan baru-baru ini juga sensasi dari panggung dewan rakyat yang menginginkan agar pembuatan gedung baru lengkap dengan berbagai fasilitas yang menelan trilyunan rupiah. Dan akhirnya mosi ketidakpercayaan kepada pemerintahpun muncul karena tidak menjadi suatu perubahan yang signifikan.

       Keempat, Umumnya masyarakat masih banyak yang tidak memiliki jiwa seorang kompeten, produsen, memiliki tingkat disiplin yang tinggi, tata krama, aturan dan sebagainya. Dan lebih mengutamakan sesuatu yang dianggap instant. Apabila sudah begini, masyarakat Indonesia menjadi masyarakat instant tanpa prosedural. Hal ini kita bisa melihat berbagai instansi pemerintah yang bekerja tanpa mau mengikuti prosedur.

       Ketika telah ditetapkan regulasi ini, kita cenderung untuk membuat ataupun melanggar regulasi yang telah ditetapkan dengan alasan tidak efisien. Memang,secara instan itu baik,namun apabila sudah diambang batas boleh jadi budaya kolusi dan melakukan segala cara yang dilakukan.

       Kelima, Negara Indonesia terkenal dengan negara yang berbudaya karena memiliki karakter yang terbawa sejak masih dini. Namun belakangan, kebudayaan ini makin terperosok akibat kebudayaan asing. Globalisasi memang mutlak ada di penjuru dunia.Kita melihat,arus globalisasi kita terima mentah-mentah namun apa yang terjadi? Kita lupakan budaya kita sehingga ketika budaya kita diambil orang, disanalah kita berteriak bak pahlawan kesiangan.

       Namun, bersyukur budaya kita mendapat legalitas dari UNESCO sebagai warisan bangsa Indonesia seperti batik dan keris. Akan tetapi,masih banyak budaya di Indonesia yang memang harus dilestarikan agar tidak diambil negara lain dan kita merasa bangga akan kebudayaan tersebut.

       Keenam, Selama ini bangsa kita sering melupakan siapa orang yang membuat kita bisa merasakan kemerdekaan sepenuhnya. Tidak lain tidak bukan Pahlawan. Bangsa kita melupakan jasa-jasa mereka. Lihatlah ketika para veteran yang berjuang pada zamannya demi satu tujuan namun apa yang terjadi dimasa tuanya? sungguh miris bukan? Banyak dari mereka dimasa tuanya tidak terjamin dan tidak mengenalnya.

       Oleh sebab itu, dalam semangat hari kebangkitan Nasional ini harapan kita kedepan bagaimana  pemerintah peduli terhadap mereka, bukan membuat nasib mereka terpuruk. Siapa lagi yang bisa menghargai para pahlawan ini kalau bukan kita sebagai bangsa yang beradab dan menjunjung tinggi nilai nasionalisme.

       Beberapa point diatas hanyalah sebagian dari problematika di negeri ini yang tidak kunjung maju dan belum juga bangkit. Namun, bersyukur negara kita sudah mendapat apresiasi dari masyarakat internasional dimana kita dipercaya sebagai tuan rumah SEA GAMES, kemudian prestasi-prestasi dari anak bangsa juga membuat kita bangga akan negeri ini. Walaupun begitu,masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Sebagai contoh pemberantasan korupsi, terorisme dan sebagainya merupakan kerja keras yang harus diselesaikan oleh kita bersama.

       Sudah saatnya kita alirkan sejaran-sejarah baru untuk bangsa ini. Negeri ini butuh orang-orang yang berkualitas didalamnya. Semangat pemuda jangan pernah surut dalam berkarya dan pemerintah harus juga melihat rakyat ke bawah.

       Dengan 103 atau satu abad lebih ini kita bisa menjadi bangsa yang berdedikasi bukan menjadi bangsa yang penuh imitasi. Menjadi bangsa yang berkarya bukan menjadi pemimpi. Dan semoga Indonesia terus menjadi sebuah menjadi negara yang maju kedepannya.

Wasslm.

Tidak ada komentar:

endi eeeeeeeee

endi eeeeeeeee